Minggu, 04 November 2012

aku ingin bisa bersyukur

saat itu, disela-sela pelajaran yang entah aku lupa pelajaran apa,  salah seornag temanku bertanya. "kamu pengen apa ndin?"

dan entah mengapa saat itu ak tidak menjawab dengan semua mimpi-mimpi ku atau semua barang yang ingi kumiliki. saat itu yang keluar dari mulutku adalah sebuah jawaban yang mungkin baginya adalah sok ide atauu apapun itulah.

aku ingin bisa bersyukur. selamaini aku terlalu banyak meminta tanpa pernah menyadari bahwa sebetulnya Dia sudah memberi banyak. bahwa sebetulnya selama ini aku sudah tak tahu diri, terus-terusan meminta tanpamau mensyukuri.

Jumat, 12 Oktober 2012

remidi

pernah remidi kan?
pernah kan dapet nilai lebih rendah dari nilai minimal yang disediain sekolahmu?
kalau pernah, berarti kamu sama denganku.

Aku pernah remidi. Remidi pertama kali mungkin ketika SMP. Kaget memang awalnya mendapat nilai dibawah 80 (KKM di sekolahku waktu itu) atu mungkin kaget karena dulu di SD nilai berapapun pasti lulus ?  

Kedua duanya mungkin benar. Tapi mungkin juga salah. Entahlah. Yang jelas, jika kamu sudah sering remidi, apakah kamu masih kaget? Kalau iya, berarti kita samaan lagi. Aku sering kaget ketika tiba-tiba hasil ulangan yang perkiraan paling kementusnya adalah aku nggak bakal remidi, eh malah remidi. Sakit hati? Awalnya sih iya. Gimana nggak sakit, ketika ulangan kamu sudah sangat amat yakin dan neges sekali kalau kamu tidak remidi, tapi ketika hasil keluar, keyakinanmu seperti kerupuk yang disiram air. Mengkerut. 

Tapi pada akhirnya kamu pasti sadar kan, kalau kamu over confident, kepedean. Sok yakin bisa padahal nggak. Karena udah yakin bisa, terus kamu nggak berdoa. Dan terus mikir nggak sih, Tuhan benci sama orang-orang yang sombong, right? dan kalau Tuhan benci kamu, darimana kamu bisa dapet nilai bagus?

Jalan terus ke jaman SMA. Tiap habis ulangan terkoordinir, entah itu UHT, UTS, UAS, atau UKK, selalu ada muka-muka kecewa setelah pengumuman keluar. Muka-muka nggak terima kalau kena remidi. Aku sih, termasuk sering berada dalam kerumunan orang-orang berwajah suram itu. Tapi, setelah setahun di SMA, aku baru menikmati momen-momen remidi ini. Suasananya beda. Entah beda dalam hal apa, tapi aku seneng ngelihat anak-anak berkerumun, ngelihat hasil ulangan, ruang remidi, sampai anak-anak yang lari-lari nyariin ruang remidi. Aku jadi mikir, nanti, sewaktu aku kuliah, apa ada muka-muka suram ini? Apa ada kerumunan anak yang berkumpul di bawah pohon rindang atau perpustakaan dan saling berbagi jawaban sebelum remidi dimulai? Kemarin, ketika aku bingung mencari ruang remidi kimia, aku jadi bergumam sendiri "ah, aku pasti akan merindukan masa-masa ini."

Kalau remidi itu sesuatu yang pasti kita jalani, kenapa kita harus protes? Kalau kita kena remidi itu berarti nilai kita nggak cukup, dan itu artinya bisa saja usaha kita yang kurang atau doa kita yang kurang. Kenapa kalau kita remidi kita mencari kambing hitam dengan menyalahkan LJK atau scanner? Kenapa waktu kita kena remidi kita protes, teriak-teriak ke guru, tapi kalo pas nggak remidi kita diam saja, kita merasa LJK dan scannernya baik-baik saja? Padahal, scanner dan LJK nya adalah barang yang sama dengan yang kita pakai sewaktu kita kena remidi. 

Lagi-lagi masalah nilai. Kenapa harus menuntut nilai tinggi jika kita memang tidak mampu memperolehnya? Kenapa kita harus beranggapan bahwa yang nilainya tinggi itu pasti pintar? Kenapa? Kalau memang yang terpenting dari itu proses bukan hasil akhir, kenapa kita dituntut untuk dapat nilai tinggi? Apa kalian yakin jika nilai tinggi itu masa depannya juga bagus? 

Lama-lama aku mblenek. Mblenek sama anak-anak yang protes an kalo kena remidi. Sama mereka yang selalu mencari kambing hitam terhadap kegagalannya. Kalau sukses ada di tanganmu, berarti kegagalan juga berada di tanganmu, kan? Bukan masalah scanner atau LJK. Kalaupun memang scannernya bener-bener rusak, Tuhan pasti bantuin kok. Dan kalau scannernya rusak, harusnya anak-anak yang merasa terdzolimi tadi protes juga pas dia nggak remidi :p

Pokoknya, kalau lagi dapet jatah remidi, daripada usaha nggetu buat nyalahin scanner, mending usaha nggetu biar nggak remidi lagi, iya kan? 

Minggu, 16 September 2012

akar

halooo
Lama pol nggak nge blog . ehehe ._.vv terakhir posting sekitar bulan maret, dan sekarang udah septermber. ._.

Beberapa bulan laluuu, baru aja selesai baca akar-nya dewi lestari. bagus sih isinya, tapi aku bener2 gak dapet 'point nya'. Tapi ya well, banyak kiasan2 indah khas dee yang bener2 bikin nghh.. ini salah satunya :


Ajarkan aku

Melebur dalam gelap tanpa harus lenyap

Merengkuh rasa takut tanpa perlu surut

Bangun dari ilusi, tetapi tak memilih pergi

Sabtu, 31 Maret 2012

ketupat

diatas seutas tali

ketupat

dari selembar janur

kuruyuk

taken by me
canon eos 100d
edited by me w/ photoscape

Kamis, 22 Maret 2012

Sudah lama nggak nge blog. Bukan nggak ngeblog sebetulnya, tapi sudah lama nggak ada post baru. Bukan gara-gara buntu sebetulnya. Cuman kendala malas. Mungkin capek gara-gara sekolah. Waalaupun sebetulnya lebay kalo tiap hari ngeluh gara-gara sekolah. Kesannya kayak nggak bersyukur bisa sekolah sementara anak-anak yang lain banyak yang nggak bisa sekolah. Tapi ya itu kenyataannya. 

Sekolah itu banyak tuntutannya. Banyak yang harus dicapai. Kurikulumnya kebanyakan kali ya? Materi yang dikasih juga nggak imbang sama waktu. Jadi ngerasa kalo kita itu kayak cuma dikenalkan tapi nggak mendalam. Jadi ya nggak bener-bener ngerti. Kalo belum paham ya kasian soalnya gurunya pasti ribet nerangin materi lain. Materi yang bertumpuk-tumpuk. Yang harus dikejar dalam waktu kurang dari 12 bulan. Kesannya jadi kayak kejar-kejaran. Guru ngejar target materi, murid lari ngikutin guru. 

Capek kan? Banget. Apalagi kalau waktu tiap-tiap ulangan dempet banget. Apalagi kalau sehari bisa ada beberapa ulangan. Apalagi kalau pas lagi ulangan dan pelajarannya pas banyak, ada tugas jugaa. Berasa ingin membelah diri, kan? 

Terus sekarang intinya harus gimana? Siapa yang salah? Siapa yang harus disalahin? Siapa yang harus mbenerin? 

Kalau nyari siapa yang salah, entah salah siapa, diknas salah soalnya bikin kurikulum kayak bikin kue lapis, banyak banget, numpuk-numpuk lagi. Nggak pernah ngerasain jadi anak sekolah ya? Percuma materi banyak tapi nggak ada yang bisa dikuasai. Gurunya juga salah. Harusnya dia bisa ngajar lebih jelas jadi muridnya paham dan nggak ada yg ketinggalan. Terus gurunya juga nggak usah ngasih tugas pas ada ulangan. Sering-sering kasih libur biar muridnya  ga bete.

Udah, cuma nyalahin mereka berdua? 
Mau nyari lagi siapa yang salah? Gila. Cari sampai kamu lulus kuliah, kerja, sampe nguliahin anaknu juga ga bakal abis. Adaa aja yang salah. Salahin dirimu sendiri. Kenapa banyak ngeluh, kenapa bannyak ber 'ini gara-gara. . . ' 'harusnya gini. . ' 'kenapa kayak gini. . ', mendingan introspeksi. Sadar kalo pas diajar guru bisanya cuma rame, tidur aja dikelas. Sadar kalo dirumah gamau belajar, belajarnya pas ulangan aja, jadinya keteteran. . .

dan. .. .

sadar kalo pas nulis post ini sebenernya juga salah. Kenapa kerjanya cuma ngeluh dan malah nulis di blog tapi gamau belajar dan berubah jadi rajin. . . .   -_____________________-

Minggu, 22 Januari 2012

mencoba kembali

hai, assalamuaalaikum. . .

lumayan lama nggak nge-post. Mungkin, gara-gara sedikit minder dengan blog nya orang lain yang isinya bagus-bagus, istilahnya bisa memotivasi orang lain yang baca, sementara semua yang aku post di blog ini isinya curcol dan menggilani. Entahlah. Yang jelas, sebetulnnya banyak yang ingin di share di blog ini, tetapi ketika mulai menuliskannya, selalu saja terhenti. Merasa jelek lah, alay, dan nggak pantes buat di share ke temen-temen yang lain.

Kenapa sekarang nulis lagi? Soalnya sekarang bener-bener kangen nge blog. Sekarang inget sama apa yang pernah dibilang sama pak maghfur-guru bahasa inggris pas smp- 'tulis aja apa yang kalian mau tulis, jangan pernah baca tulisan itu sebelum tulisannya bener-bener selesai, karena kalian nggak bakal nyelesaiin tulisan kalian kalo kalian terus baca dan ngoreksi itu'. Yep, ternyata itu bener. Saat kamu menulis dan di tengah jalan kamu mencoba untuk mengkoreksinya, kamu pasti bakal selalu ngerasa kalau tulisan kalian itu nggak banget, banyak yang harus dibenerin. Nah, kalo udah gitu kapan tulisannya mau selesai?

Dan finally, mulai percaya diri buat nge-blog lagi. Mulai nggak ndengerin apa kata orang, biar aja mau dibilang isinya galau semua atau apapun, yang jelas aku cuma pengen ngebagi apa yang ada di pikiranku. Selamat menikmati :)

Kamis, 05 Januari 2012

tiba-tiba kepikiran hal-hal yg deharusnya tidak difikirkan

sekilas, baca judul postingan ini mirip atau sama ya dengan judul salah satu bab di bukunya raditya dika, manusia setengah salmon. bab ini menceritakan tentakng pikiran-pikiran absurd dan nyeleneh dika yang nggak penting buat dipikirin tapi emang harusnya kepikiran, nahlo bingung kan?

Fine, tapi intinya aku nggak bakal cerita tentang manusia setengah salmonya dika. ini tentang aku yang ternyata memang diam-diam sering memikirkan hal-hal yang sebetulnya tidak perlu dipikirkan tapi tiba-tiba kepikiran.

Pikiran-pikiran absurd ini tiba-tiba terlintas saat tadi pagi, aku sedang mengikuti pertemuan ekskul jurnalistik di sekolah. tiba-tiba aku nyeletuk ke kezia, kebetulan saat itu ada dia di sebelahku.
"Gimana ya orang bisa nemu bahasa?"
Kezia kemudian nyaut "iya ya. trus kaya abjad2, yaapa caranya ya?"

Dan kemudian, pertanyaan2 aneh tadi terus terngiang dan mau nggak mau membuat kepikiran. .