Senin, 21 Desember 2015

The Answer

You already know the answer but you're still looking for that 
because you know that the answer gonna hurt you

Mungkin kita semua tahu, kalau diri kita ini sebetulnya sebelas dua belas sama Sherlock Holmes, bisa menyimpulkan sesuatu dari petunjuk yang ada. Lebih tepatnya sih, untuk mencari tahu jawaban dari pertanyaan yang kita inginkan, kita mengambil kesimpulan dari kejadian-kejadian yang muncul di sekitar kita. 

Tapi kenapa, dengan kemampuan analisis seperti itu kita masih mencari jawaban? Apa karena sebetulnya kita nggak mampu menerima kenyataan bahwa jawaban yang kita cari nggak sesuai dengan yang kita mau? 

Kemudian jika pada akhirnya ita tahu jawabannya, sekalipun jawaban itu menyakitkan, apakah yang akan kita lakukan dengan jawaban itu? Apakah kita harus sedih karena itu nggak sesuai sama yang kita mau? Atau kita harus bersyukur, karena sekalipun jawabannya menyakitkan, setidaknya jawaban itu bisa menghindarkan kita untuk tidak terjebak dalam ilusi-ilusi yang kita buat untuk menyenangkan hati kita? 

Minggu, 30 Agustus 2015

Ngelindur

'Harusnya kamu lebih banyak bergaul'
 
Ah, aku kira kamu mengerti aku. Harusnya kamu tahu, bukan itu yang aku butuhkan. Atau mungkin maksudmu bukan 'bergaul' seperti yang aku jalani saat ini? Oh, ayolah jika hanya bergaul harusnya kamu bisa melihat seperti apa aku saat ini. Bukan 'bergaul' yang menjadi masalahku kan, tapi caraku berinteraksi di dalamnya yang harus diubah. Mungkin maksudmu seperti itu, kan? 

Tapi jika tidak ya sudah. Mungkin memang kamu tidak benar-benar mengerti aku. Atau aku yang salah memintamu untuk mengerti tapi sendirinya aku tak mau dimengerti. Aku tahu, mungkin kita sama-sama tahu, aku terlalu kuat membangun bentengku. Aku mengajak orang untuk ikut bersamaku tapi aku lupa pintu yang seharusnya bisa dimasuki tidak pernah benar-benar terbuka. Begitu rupanya. 

Ngelindur kamu, meminta orang untuk memahami, tapi tak ada yang dibagi untuk bisa dipahami. 
                                                                                                            

Sabtu, 01 Agustus 2015

Note for self





Jadi ceritanya semalem ada yang ngechat begini: 

"....aku suka lihat cermin terus bilang kalau satu-satunya orang yang hatus tak bikin seneng ya orang yang ada di cermin. Kamu boleh ngga worthy buat orang lain, tapi kamu harus bener-bener jadi orang  worthy buat orang yang ada di cermin."



Rabu, 03 Juni 2015

Aku ingat, seseorang pernah membuatku tinggal untuk mendengarkan ceritanya. 
Tentang salah seorang sahabatnya. 
Tentang dia yang mungkin sedang kesal dengan sahabatnya itu. 
Tentang dia yang merasa diabaikan oleh sahabatnya. 
Ia merasa tidak dianggap sahabat. Ia merasa seseorang yang ia sebut sebagai sahabat itu hanya memanfaatkannya. 
Menurutnya selama ini ia sudah berkorban banyak untuk sahabatnya itu. 
Harapannya sederhana, ia hanya ingin dianggap oleh sahabatnya, Ia ingin sahabatnya melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukannya. 

Kemudian, aku memberinya saran. Jawaban singkat ia ucapkan padaku. 

Sesudahnya, ia pergi. Ia tak pernah muncul kembali.

Sabtu, 23 Mei 2015

Mungkin

Mungkin kamu memang tidak benar-benar pergi
Mungkin kita memang belum siap
Mungkin kamu sedang menyiapkan diri
Mungkin nanti Tuhan tidak hanya mempertemukan kita
Mungkin saja semua menjadi mungkin

Karena selalu saja, 



kamu adalah kemungkinan yang selalu aku semogakan

Jumat, 30 Januari 2015

Lupa kembali

Sedari tadi ia terus membolak-balik bukunya. Harusnya ia belajar lebih giat, harusnya ia terus membaca, mengerjakan soal, dan mengingat-ingat semuanya, menebus rasa bersalah karena hasil yang diperolehnya hari ini tak cukup baik. Namun, pandangannya justru menerawang. Ia melamun. Bukan melamun ternyata, pikirannya justru sedang penuh dengan hal lain. 

Kini ia berpindah posisi, tak lagi duduk tegak dan terpaku di meja belajar. Ia membawa catatannya ke atas tempat tidur. Duduk sambil membaca. Kemudian tengkurap. Lalu, kini ia terlentang. Sebentar-bentar ia berganti posisi, bersandar, tengkurap, terlentang, siklus itu berputar terus. Setelah itu duduknya kembali tegak. Sekalipun tangannya memegang buku, matanya memandang telepon genggam yang ada di atas nakas. Tak salah lagi pikirannya sedang terbang ke masa lalu. 

Ia menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya. Sungguh, saat ini dia sedang rindu pada seseorang. Ia lalu mengambil telepon genggam itu. Membaca pesan-pesan yang dulu pernah dikirim oleh seseorang. Seseorang yang diangap sebagai malaikatnya. Kembali ia menghembuskan nafasnya, ia teringat ketika mereka berdua saling menyemangati, saling berlomba menjadi yang terbaik, namun tak lupa mendukung ketika yang lain terpuruk. 

Ia ingin dukungan itu ada lagi. Kali ini tak perlu malaikatnya yang datang langsung untuk menyemangatinya, cukup pesan yang mampu membuat kepercayaan dirinya bangkit lagi. Ia memainkan telepon genggamnya sambil berfikir apakah perlu kali ini ia mengirim pesan lagi. Ia kemudian mengurungkan niatnya, meletakkan telepon genggam ke tempatnya semula. Kembali ia menarik nafasnya lagi, kali ini sambil memejamkan mata, kemudian ada doa yang ia ucapkan. Ia berharap semoga malaikatnya ingat untuk menjenguknya sesekali. 

Yang datang dan yang pergi




Ada sesuatu yang harus dilepaskan untuk bisa mengucapkan selamat datang, ada yang harus pergi untuk sesuatu yang akan datang. Terkadang kita terlalu takut untuk kehilangan, kemudian kita mengeratkan genggaman tangan kita, dan saat itu kita lupa bahwa ada tangan-tangan lain menunggu untuk dijabat. 

Senin, 12 Januari 2015

Akankah bersambung?

Kamu dan aku
Aku tahu spasi sudah lama muncul diantara kita
Dan hubung tak pernah ada untuk melanjutkan cerita ini
Koma juga enggan kembali
Karena nyatanya tak ada lagi kata yang bisa dituliskan
Mungkin kini titik yang akan muncul
Karena kamu memang enggan melanjutkan kisah
Lagi-lagi aku meragu
Kali ini keragu-raguanku amat mengganggu
Tunggu, sejak kapan meragu tak mengganggu?
Ah, meragu seolah menjadi candu
Ada belenggu di tiap keragu-raguan
Seolah serah tak mampu mengusir ragu
Seolah mundur yang dirindu
Padahal tanggung masih menggunung
Harusnya kunyalakan lagi tungkuku
Agar ragu cepat hangus
Dan tanggung dapat lekas dipikul