Kamis, 24 Februari 2022

Holding Hands : Episode 2

(kindly play this song while reading)


Aku tidak pernah suka jelajah malam. Menurutku, ini adalah suatu aktivitas yang sia-sia. Apa yang hendak dicari dengan jalan-jalan malam di tengah hutan dengan penerangan yang minim? Kata orang-orang kegiatan ini banyak esensinya. Tapi menurutku kegiatan ini tak ubahnya seperti uji nyali.

Lagi-lagi aku tidak bisa menghindari kegiatan yang menurutku tidak penting ini. Kami berbaris, laki-laki di barisan sebelah kanan dan perempuan di bagian kiri. Kemudian kami diminta untuk berhitung. Satu .. dua.. tiga.. aku mendapat urutan ketujuh. Empat.. lima.. enam… tunggu, sepertinya aku mengenal suara itu. Ia juga mengucap angka tujuh. Jika tebakanku benar, kami akan dipasangkan untuk melakukan aktivitas ini. Tujuh. Angka yang selalu menjadi kesukaannya. Entah kebetulan darimana lagi, kami mendapat angka yang sama. Itu berarti kami akan menghabiskan satu jam kedepan berpasangan. 


Bersama dengannya di situasi seperti ini sebetulnya tidak buruk. Aku mengenalnya lebih dari tiga tahun, sehingga aku yakin aku tidak akan mati gaya. Kami bisa saja membicarakan apapun. Mulai dari makanan kesukaanku hingga klub bola favoritnya. 


Tiba giliran kami untuk berjalan. Aku yang penakut ini berusaha tidak menunjukkannya dengan mengajaknya berbicara. “Kriet…kriet…” sial, baru saja mulai, kakak-kakak senior sudah mengeluarkan siasatnya. Sekalipun aku tahu kalau ini hanya akal-akalan mereka, tetap saja aku tidak menyukainya. Aku pun menghentikan langkahku. Sepertinya ia menyadarinya. Ia ikut berhenti, tangannya menggenggam tanganku. Mendekatkan tubuhnya ke arahku. Kepalanya mengangguk padaku, seperti memberi tanda untuk kembali berjalan. Ia kembali mengajakku bicara, kali ini membicarakan ulah teman-teman kami selama perkemahan ini. Beruntung, suara kami menyamarkan debaran jantungku yang lagi-lagi berdebar karena genggaman tangan.


Dua kali. Selama tiga tahun ini jantungku berdebar karenanya. Genggaman tangan yang entah mengapa mampu membuatku merasa aman. Seolah menjagaku dan memastikan bahwa aku baik-baik saja. 

Kamis, 03 Februari 2022

Holding Hands : episode 1



Ia tiba-tiba menarik pergelangan tanganku, kemudian menggenggam telapak tanganku erat. Seolah hendak memastikan kalau kami berdua akan selamat sampai ke seberang jalan. Seharusnya ini merupakan suatu hal yang wajar. Gestur yang ditunjukkan seorang teman yang membantu temannya yang tidak bisa menyebrang jalan. Tapi entah mengapa seratus dua puluh detik yang biasanya berlangsung cepat seolah melambat.

Tanpa disadari detak jantungku meningkat, aku tidak mengetahui apakah disebabkan oleh genggaman tangannya atau rasa khawatir karena adanya kemungkinan adegan ini dilihat oleh ayah yang sedang menunggu di seberang jalan.  Satu hal yang bisa aku pastikan, sejak saat itu ada perasaan lain yang pelan-pelan berkembang untuknya.