Senin, 21 Maret 2022

Holding Hands: Episode 3


Aku menggesek-gesekkan tanganku, berharap bahwa gesekkan diantara kedua telapak tanganku mampu menimbulkan kehangatan. Tapi seberapa besar sih pengaruhnya dari menggesekkan tangan? Seberapa lama kehangatan yang muncul akan bertahan supaya aku tak kedinginan? 


Kami sedang duduk di pinggir bukit untuk menunggu matahari terbit. Kali ini sekalipun tidak tahan terhadap dingin, aku tidak merasa keberatan untuk pergi ke atas bukit pagi-pagi buta untuk melihat sunrise. Aku menyukai matahari (kecuali matahari jam 12 siang) dan rela menunggu matahari terbit ataupun tenggelam. Pun kapan lagi menghabiskan waktu-waktu terakhirmu dengan teman-teman SMA mu ditemani pemandangan yang indah? 


“Gini doang masa dingin sih?” ujarnya yang tiba-tiba sudah ada di sebelahku. 

“Sst.. udah deh diem aja.” balasku sewot sambil tetap menggosok-gosok tanganku. 

“Eehhh..” aku terkejut karena ia tiba-tiba menarik tanganku. “Aduh iya dingin banget ternyata tangannya” ia menggenggam telapak tanganku, membungkusnya dengan kepalan tangannya. Sebenarnya, suhu diatas bukit ini tidak terlalu dingin, hanya saja sedari dulu aku memang tidak pernah tahan dengan suhu rendah. Makanya, tanganku sudah terasa akan membeku sekalipun suhu udara hanya menunjukkan dua belas derajat celcius. 


Keterkejutanku tidak berhenti sampai disitu. Tanganku yang tadi dikungkung dengan kepalan tangannya kini dibawanya masuk ke dalam saku jaketnya. 


Deg… tiga kali dalam tiga tahun. Kembali detak jantungku meningkat. Aku berusaha mengendalikan diri dengan menarik nafasku. Sebenarnya kejadian seperti ini bukan suatu kejadian baru. Di kelas, aku sering memasukkan tanganku ke dalam jaketnya ketika tiba-tiba AC menjadi sangat dingin. Tetapi biasanya aku tidak merasakan apapun. Apakah ini karena genggaman tangannya? 


Kali ini genggamannya tidak hanya membuatku aman, ada rasa nyaman dalam genggaman yang ia berikan saat ini. The feeling for him starting to grow the moment he held my hands.