Jumat, 26 Maret 2021

Inspired by #ep. 1 : Day6-I Would

Jadi, aku berencana bikin tulisan-tulisan yang terinspirasi dari lagu. Eh, ga cuma lagu ding. Kalau misal lihat artis atau orang-orang yang terkenal ya gapapa lah. Episode pertama ini inspirasinya dari lagunya Day6 : I would. Ya silakan didengarkan lagunya dan dibaca tulisannya, semoga suka! 




 "Aku minta maaf............" 

"Buat apa? I don't need your apologies, yang udah yaudah."

"Maaf, udah pergi gitu aja.........."

"Aku tuh nggak butuh permintaan maaf. Kamu tahu ga sih, sampai sekarang aku bertanya-tanya, aku kenapa, did I make a mistake?" 

"No...you don't." 

"Then why you leave that day? Aku berhak tahu alasan kamu ya."

"Bukan salah kamu. Kamu nggak pernah salah. Aku yang salah.................."

[sigh] Ia mendengus, berusaha tetap tenang. Tangannya menggantung di udara, seakan ingin mengusap wajahnya frustasi. Namun diurungkannya. 

"Ini nih. Kamu selalu muter-muter, nggak pernah menyelesaikan masalah. Semua aja disimpan sendiri. Ya mana aku tahu apa yang kamu rasain."

Aku berusaha menahan air mataku. Semua yang dikatakannya benar. I never try to change myself. I'm too afraid to be hurt, so I run instead of fixing the problem. 

"Aku tahu aku salah........ aku lari. Aku nggak pernah cerita aku kenapa. Tapi.....itu karena aku nggak tahu aku kenapa. Aku masih berusaha buat cari tahu, dan aku nggak mau ngajak orang lain masuk kalau aku belum beres sama diriku. I'm sorry."

"Kamu tahu, aku selalu berusaha buat ngertiin kamu. Kalau kamu ga mau ketemu, aku nggak masalah. Nggak pernah ngehubungi juga nggak masalah. Tapi kamu harusnya bilang. Biar aku berhenti. Bukan tiba-tiba pergi......."

Ia terdiam, sebelum tiba-tiba melanjutkan

"Kamu tahu, dalam menyelesaikan masalah orang bisa aja lari, atau menghadapinya. Kalau lari, mungkin dia akan tenang saat itu, tapi buat seterusnya? Karena masalahnya nggak selesai, cuma dihindari, ya suatu saat masalahnya bakal kembali. Kalau dihadapi, mungkin akan sakit saat itu, tapi bakal langsung tahu gimana hasilnya. Kalau gagal ya dicoba lagi." 

"Kayak kamu sekarang ini. Kamu dulu lari, tapi sambil bawa masalah di pundakmu. Hidupmu jadi nggak tenang. Aku nggak pernah butuh permintaan maaf. Tapi mungkin kamu yang butuh minta maaf. Karena kamu merasa salah, kamu membawa masalahmu kemana-mana. Akhirnya mau nggak mau kamu harus menghadapi aku lagi. Buat minta maaf. Biar kamu tenang." 

Air mataku menetes. He is right. I'm the one who need this. 

"Maaf.................Aku tahu ini semua udah basi. Kamu benar. Aku nggak pernah tenang. Aku terus-terusan merasa bersalah."

"It's okay. Terima kasih sudah berani minta maaf. Aku akuin, awalnya memang nggak mudah buat menerima apa yang kamu lakukan. Tapi lama-lama aku nggak papa. I'm happy right now. I hope you find your happiness too. Semoga kamu bisa segera tahu maumu apa." 

"Thank you....................can we......can we be friend again?"

"Ya iya lah! Good luck buat rencana-rencanamu selanjutnya ya!"

Ia pergi. Seharusnya aku lega karena tak lagi terikat dan merasa sesak. Tapi entah, terlalu banyak ruang yang tersisa. I know, leaving him was the biggest mistake I made. If I could turn back time, I will make him happy..........